Senin, 22 November 2010

histolgi tulang


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.   OSIFIKASI TULANG, FUNGSI, DAN JENIS TULANG DAN TULANG RAWAN
1.1 Osifikasi Tulang
Tulang tumbuh dari jaringan ikat, sering pula dipakai “Osifikasi” yang berarti pembentukan jaringan tulang (Osseous tissue).
Pertumbuhannya tulang naik pada kehidupan embrio maupun pada yang telah dewasa. Dilihat dari proses perkembangan pada mamalia dapat dibedakan :
-          Osifikasi intramembraneus
-          Osifikasi intrakartilageneus, yang bersifat perikhondral dan endokhondral
Pada osifikasi intramembraneus, tulang langsung berkembang dari jaringan ikat, dimulai dari tengah-tengah mesenkhim yang disebut “pusat pertulangan”.
Pada osifikasi intrakartilageneus, jaringan ikat mula–mula membentuk tulang rawan miniatur yang hampir mirip dengan tulang dewasa hanya dalam format kecil. Pada proses selanjutnya tulang rawan tersebut dirombak menjadi tulang sejati sambil tumbuh membesar serta memanjang sampai pada ukuran yang semestinya.
Osifikasi intramembraneus terjadi pada tulang–tulang pipih (ossaplana) misalnya, tulang tengkorak, sedangkan osifikasi intrakartilageus terjadi pada tulang–tulang pipa (ossa longa).
Mengenai pembentukan tulang pendek (ossa brevia) hampir mirip dengan tulang pipa dengan pola agak berbeda. Permukaan persendian tetap tinggal sebagai tulang rawan hialin.
Tulang rawan miniatur sifatnya sebagai tulang rawan hialin. Pembentukan tulang lazim terjadi pada tempat–tempat yang seharusnya ada, akan tetapi penyimpanan selalu ada. Terjadinya tulang oleh pengaruh–pengaruh tertentu pada tempat yang tidak lazim dekenal sebagai “pertulangan metaplastik atau pertulangan ektopik”.
Contoh :
-          Os Kordis, tulang dalam jantung (hewan dan hewan tua)
-          Tulang pada otot, tendon, Pelvis Renalis
-          Tulang pada bahu manusia (serdadu memikul senjata)
  
                              Gambar 1.1                                                     Gambar 1.2
1.2 Fungsi Tulang
Sebagai unsur utama dari kerangka dewasa, tulang memiliki beberapa fungsi antara lain :
1.      Jaringan pada tulang menunjang struktur perdagingan
2.      Melindungi organ-organ vital
Contoh organ vital : organ yang terdapat dalam rongga kranium dan rongga dada.
3.      Tempat pembentukan sel darah merah
Karena tulang mengandung sumsum tulang.
4.      Sebagai cadangan kalsium, fosfat dan ion lain yang dapat dibebaskan atau ditimbun secara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi tetap ion-ion penting didalam cairan tubuh
5.      Membentuk sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang timbul akibat kontraksi otot rangka
6.      Menghasilkan gerak-gerak tubuh
1.3  Jenis Jaringan Tulang
Jaringan tulang terdiri dari 2 jenis yaitu :
1.      Jaringan tulang primer
Jaringan tulang primer adalah jaringan tulang yang pertama kali terbentuk selama perkembangan yang lain. Tulang ini bersifat sementara dan pada orang dewasa diganti oleh jaringan tulang sekunder kecuali pada beberapa tempat ditubuh. Misalnya dekat sutura, tulang-tulang pipih tengkorak, pada saku gigi dan pada inseri beberapa tendon.
Selain terdapat serat-serat kolasen yang tidak teratur, ciri lain dari jaringan tulang primer adalah kandunagn mineralnya yang lebih kecil (lebih mudah dilalui tulang X dan proporsi tulang osteositnya yang lebih besar daripada jaringan tulang sekunder).
Gambar 1.3
2.      Jaringan tulang sekunder
Jaringan tulang sekunder adalah variasi yang pada umumnya dijumpai pada orang dewasa. Secara khas tampak pada orang yang sudah mengalami pengerasan tulang dan serat-serat kolagen tersusun dalam lamel (tebalnya 3-7 miumeter). Yang pararel satu sama lain atau tersusun secara konsentris mengelilingi pembuluh darah, saraf.
Dan jaringan saraf longgar disebut juga havers atau osteon. Lakuna yang berisi osteosit terdapat diantara dan kadang-kadang didalam lamel. Pada setiap lamel, serat-serat kalogen itu berjajar pararel satu sama lain mengelilingi setiap sistem. Havers terdapat endapan materi amorf yang disebut substansi semen. Yang terdiri atas matriks yang berminel dengan sedikit serat kalogen.
Satu sistem havers merupakan silinder panjang, yaitu sebuah saluran pusat yang sering kali bercabang dan pararel serta sering kali terdapat sumbu panjang atau diafnisis dan terdiri atas sebuah saluran yang dikelilingi (4-20) lamel konsentris. Setiap saluran berlapiskan endosteum mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat longgar. Saluran havers berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum dan saling berhubungan melalui saluran volkmann yang berjalan melintang atau serong.
Volkmann tidak memiliki lamel-lamel konsentrasi. Saluran ini malahan menerobos lamel-lamel. Semua saluran yang terdapat pada jaringan tulang sekunder terbentuk sewaktu matriks diletakkan disekitar pembuluh darah yang sudah ada.
Garis tengah pada saluran hevers sangat bervariasi. Setiap sistem dibentuk lamel-lamel secara berurutan, dimulai dari bagian tepi, sehingga sistem yang lebih mudah memiliki sistem yang lebih besar. Jadi pada sistem havers dewasa,lamel yang paling akhir dibentuk terdapat paling dekat dengan saluran pusat itu.Selama pertumbuhan dan bahkan pada tulang dewasa terdapat perombakan dan pembaharuan sistem havers secara terus-menerus.Sehingga barang kali tampak sistem dengan hanya hanya sedikit lamel dan saluran pusat yang besar.Di antara kedua sistem sirkumfers terdapat banyak sistem havers, stuktur ini merupakan lamel-lamel sisa sistem havers yang dirombak selama pertumbuhan tulang.
1.4  Jenis Jaringan Tulang Rawan
Tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
Sebagai akibat adanya kebutuhan fungsional yang berbeda, maka terdapat 3 jenis bentuk yaitu :
1.      Tulang rawan hialin (Cartilago Hyalin)
Bentuk yang paling banyak dijumpai. Memiliki matriks dengan kolagen tipe II sebagai unsur kolagen utamanya dalam keadaan segera bersifat lentur (fleksible), seni transparan, berwarna putih kebiruan.
Dipermukaan terdapat (perikhondrium) jaringan ikat padat tak teratur berperan dalam pembentukan tulang rawan hialin.
Didalam tulang rawan hialin jarang terdapat pembuluh darah.
hyaline_cart.jpg 
                                    Gambar 1.4                                                 Gambar 1.5
2.      Tulang rawan elastis (Cartilago Elastica)
Dalam keadaan segar beraspek kuning karena adanya serabut elastis dalam matriks mempunyai bangun histilosik yang mampu dengan tulang rawan hialin yang berbeda-beda dalam macam serabutnya.
Tulang rawan elastik terdapat pada :
a.       Daun telinga
b.      Tuba eustachi
c.       Epislottis
d.      Membran niktitans
e.       Cartilago antenoiden pada larings
Tulang rawan elastis, tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
bone14.gif   
                                                Gambar 1.6                                         Gambar 1.7
3.      Tulang Rawan Fibreus (Cartilago Fibrosa)
Jenis tulang rawan ini menjumpai serabut kalogen yang pekat dengan khondrosit tersusun dalam deratan kapsula diantara pekatnya serabut kolagen.
Tulang rawan fibrosa ini dijumpai pada :
a.       Miniskus
b.      Kartilago asesonius dari patela
c.       Sinfisis pubis
d.      Diskus Intrevertebralis
e.       Tempat pertautan tendon atau ligamen pada tulang dekat permukaan persendian yang terdiri dari tulang rawan hialin.
Misal pada ligamen teres fenosis.
Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
fic22he.jpg   
                  Gambar 1.8                                                           Gambar 1.9
1.5  Fungsi Tulang Rawan
1.      Menunjang jaringan lemak
2.      Menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi
3.      Karena posisi dari tulang rawan yang kenyal atau terdapat didaerah yang peredam dan gesekan permukaan bagi sendi sehingga dapat memudahkan gerak tulang.
4.      Sangat penting untuk perkembangan den pertumbuhan tulang-tulang panjang sebelum dan sesudah leher.
2.  KOMPONEN PENYUSUN JARINGAN TULANG DAN TULANG RAWAN
2.1 Komponen jaringan tulang :
1. Sel
Sel-sel yang terdapat pada tulang adalah :
a.       Osteoblas
Yaitu berupa sel-sel tulang yang masih muda, verasal dari mesenkhim (stadium embrio ) atau fibroblas ( dewasa ). Memiliki fungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang ( kalogen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein ). Penambahan protein pada tulang bergantung dari adanya osteoblas yang hidup.
b.      Osteosit
Adalah sel-sel tulang dewasa yang berasal dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada diantara lamel-lamel. Didalam satu lakauna hanya terdapat satu osteosit. Osteosit memiliki lebih sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi dan kromatin inti yang lebih padat dibanding dengan osteoblas. Sel-sel ini secara aktif terlibat dalam mempertahankan matriks tulang. Matinya osteosit ini akan diikuti dengan resorpsi dari matriks ini.
c.       Osteoklas
Adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar.  Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 atau lebih inti. Cabang selnya tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam lekukan, yang terbentuk secara enzimatik, dalam matriks yang disebut lakuna howship.
2. Serabut
Pada tulang terdapat serabut kolagen yang agak pekat. Serabut kolagen menyusun dari dalam lamel-lamel. Lamel adalah matriks yang mengalami perkapauran yang  terjadi secara bertahap. Tiap lamel tebalnya antara 2-7 mikron.
Susunan serabut kalogen mengulir terhadap sumbu tulang, dan pada lamel satuberbeda arahnya dengan lamel yang lain, sehingga pada pengamatan dengan mikroskop polarisasi tampak adanya bagian gelap dan daerah yang mengitari saluran haver, lamel-lamel pada substansi kompakta terdiri dari :
a.       Lemel umum
Lamel yang langsung terdapat dibawah periost disebut “lamel umum luar” sedangkan yang terdapat dibawah eeendosit adalah “lamel umum dalam”. Jumlah lamel ini bervariasi cukup besar.
b.      Lamel khusus
Lamel yang terdapat pada osteon atau sistem haver. Lamel khusus dapat mengitari saluran haver berlapis-lapis antara 4-12.
c.       Lamel interstisiel
Adalah sisa-sisa lamel khusus dari osteon yang telah dirombak. Oleh karena itu terdapat diantara osteon dan berfungsi sebagai pengisi.
Osteon atau sistem haver adalah tulang yang terdiri dari :
-          Saluran haver berisi pembuluh darah limfe dan syaraf.
-          Limfe khusus kira-kira sekitar 4-12 buah.
-          Lakuna dan kanalikuli yang berisi osteosit
Osteon terdapat pada substansi kompakta, tersusun kira-kira sejajar dengan sumbu tulang. Susunan ini diibaratkan sebagai pilar-pilar yang diduga memberikan kekuatan pada tulang.
3. Matriks atau bahan dasar ( ground substance )
Berupa jel yang mengandung 2 bahan pokok yakni bahan organik dan anorganik.
Pada tulang dewas perbandingan adalah
-          Bahan organik 35%
-          Bahan anorganik 65%
Bahan organik terdiri dari :
-          Oseomukoid suatu protein mukopolisakarida yang mengandung khondroitin sulfat.
-          Protein khusus sebab lebih tahan dalam air.
Bahan anorganik :
-          Kalsium fosfat 85%
-          Kalsium karbonat 10%
-          Kalsium fluorida dan magnesium fluorida 5%.
 
                                 Gambar 2.1                                                         Gambar 2.2
            Komponen Jaringan Tulang Rawan :
Tulang rawan terdiri atas sel-sel, yang disebut kondrosit (Yun. Chondros = tulang rawan, Kytos = sel) dan Matriks Ekstrasel  luas, yang terdiri atas serat dan substansi dasar. Kondrosit menyintesis dan menyekresi matriks ekstrasel, dan sel-selnya sendiri terdapat di dalam rongga-rongga matriks, yang disebut lacuna Kolagen, asam hialuronat, proteoglikan, dan sejumlah kecil glikoprotein adalah makromolekul utama yang terdapat di semua jenis matriks tulang rawan.
Hampir 40% berat kering tulang rawan terdiri dari kolagen, yang terbenam dalam gel berhidrasi yang solid dari proteoglikan dan glikoprotein struktural. Pada sediaan histologi rutin, kolagen tidak dapat dilihat karena :
        Kolagen terdapat berupa fibril yang memiliki dimensi submikroskopik
        Indeks refraksi serabut hampir sama dengan indeks refraksi substansi dasar tempat serabut ini terbenam
Berikut adalah sedikit informasi mengenai histogenesis pada tulang rawan.
Tulang rawan à mesenkim
Tahap-tahap modifikasi :
1.      Membulatnya sel-sel mesenkim,
2.      Memendekkan cabang-cabang dan membelah dengan cepat,
3.      Membentuk kondensasi mesenkim dari kondroblas,
4.      Sel-sel yang terbentuk melalui diferensiasi langsung mesenkim,
5.      Semakin sentral semakin membentuk kondrosit,
6.      Mesenkim superficial.
7.      Perikondrium.
Sel- sel tulang rawan dapat berubah menjadi tumor jinka (kondroma) atau ganas (kondrosarkoma)

3.      STRUKTUR HISTOLOGI TULANG DAN TULANG RAWAN
            Struktur Histologi Tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
B.     Periosteum
   Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.
Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :
1. Pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
2. Terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
3. Terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
B.  Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
            Komponen Jaringan Tulang
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :
A.    Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
B.     Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction.
Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
C.  Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi :
1. Osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar.
2. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.
D.  Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
E.  Matriks Tulang
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral. Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen. Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan beberapa protein. Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen.
Bahan mineral lain: ion sitrat,
                                 karbonat,
                                 magnesium,
                                 natrium, dan
                                 potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.
3.3 Struktur Histologi Tulang Rawan
Sel kartilago terdiri dari kondrosit dan kondroblasl. Serat dan substansi dasar membentuk substansi interselular atau matriks. Matriks merupakan suatu wujud kaku bahkan keras, yang substansi dasarnya terdiri atas proteoglikans yang mengandung kondroitin sulfat untuk kartilago. Kartilago dicirikan oleh suatu matriks ekstraseluler yang kaya akan glikosaminoglikan dan proteoglikan. Merupakan jaringan ikat khusus dimana matriks ekstraselnya berkonsistensi padat, sehingga kartilago ini memiliki daya kenyal yang memungkinkan jaringan ini menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi. Fungsi kartilago yang lain ialah menunjang jaringan lunak. Karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka kartilago merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi sendi. Kolagen,asam hialuronat, proteoglikan dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu merupakan makromolekul utama dalam semua jenis matriks kartilago. Kartilago tidak mempunyai pembuluh darah dan mendapatkan makanannya melalui difusi dari kapiler dalam jaringan ikat yang berdekatan (perikondrium) atau melalui cairan sinovial. Pada keadaan tertentu, pembuluh darah menerobos kartilago untuk mengangkut makanan bagi jaringan lain, namun pembuluh ini tidak memasok makanan bagi kartilago.
Kartilago terdiri atas :
1. kondroblas.
2. kondrosit.
3. substansi interseluler.
4. perikondrium.
Kondroblas : fibroblas, keduanya adalah ‘sel bakal’ yang berbentuk oval terletak di pinggir dari kartilago. Kondroblas adalah bakal sel kartilago. Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah ) berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam daripada letak chondroblast. Substansi interseluler terdiri dari komponen fibriler dan substansi dasar, matriks amorf “gel”. Perikondrium merupakan jaringan pengikat yang membungkus kartilago, terdiri dari sel fibrosit yang gepeng dan diantaranya terdapat serat kolagen.
Histogenesis Kartilago Hyaline :
1. Mesenkim, jaringan precursor semua jenis tulang rawan.
2. Proliferasi mitosis dari sel-sel mesenkim menghasilkan jaringan yang sangat aseluler.
3. Khondroblast saling berjauhan oleh pembentukan banyak matriks.
4. Multiplikasi sel-sel kartilago mengasilkan kelompok isogen, masing-masing dikelilingi oleh pemadatan matriks territorial ( kapsula ).
Kartilago terbentuk sel mesenkim. Modifikasi pertama yang tampak ialah membulatnya sel-sel mesenkim, yang menarik kembali juluran-julurannya, membelah dengan cepat, dan mengelompok. Sel-sel yang dibentuk melalui diferensiasi langsung dari sel mesenkim ini disebut Kondroblas. Sintesis dan pelepasan matriks mulai memisahkan kondroblas satu terhadap lainnya. Kejadian diferensiasi kartilago berlangsung dari pusat ke luar, karena nya sel-sel yang lebih di pusat memiliki ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer memiliki ciri kondroblas. Mesenkim superficial bekembang menjadi kondroblas dan fibroblas dari perikondrium.
4.      JARINGAN TULANG DAN TULANG RAWAN DALAM ORGAN
            Hidung
Tulang-tulang hidung dua persegi panjang kecil tulang , bervariasi dalam ukuran dan bentuk setiap orang memiliki ukuran yang berbeda, ditempatkan berdampingan pada bagian tengah dan atas dari wajah , dan bentuk, dengan persimpangan mereka, seperti sebuah jembatan dari hidung . Lateral kartilago (tulang rawan lateral atas) terletak di bawah margin inferior tulang hidung , dan diratakan, dan di bentuk segitiga.
Margin anterior adalah lebih tebal dari posterior, dan terus menerus di atas dengan tulang rawan dari septum , tetapi dipisahkan oleh celah sempit. Margin unggul masih menempel pada tulang hidung dan proses frontal dari rahang; margin yang lebih rendah dihubungkan oleh jaringan fibrosa dengan Alar tulang rawan yang lebih besar .
Apabila tulang rawan tulang rawan lateral memenuhi Alar yang lebih besar, tulang rawan lateral akan membengkok, bergabung dengan tulang rawan yang lebih besar. Bagian inferior tulang rawan lateral disebut "gulir nya".
Gambar 4.1
            Telinga
A.    Tulang rawan daun telinga
Tulang rawan pada daun telinga merupakan salah satu dari tulang rawan elastik.
Gambar 4.2
B.     Tulang Martil
Tulang martil atau malleus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti martil yang menyusun tulang pendengaran pada telinga tengah. Tulang ini terlekat pada bagian permukaan dalam gendang telinga dan ujung lainnya pda tulang landasan dengan jaringan ikat elastis. Kata malleus dari bahasa Latin yang berarti martil.
Tulang ini berfungsi menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke tulang landasan.
Gambar 4.3
C.     Tulang Landasan
Tulang landasan atau incus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti landasan. Tulang ini merupakan salah satu tulang pendengaran dan menghubungkan tulang martil dan tulang sanggurdi. Tulang ini pertama kali dipaparkan oleh Alessandro Achillin dari Bologna. Tulang landasan hanya terdapat di hewan mamalia tersusun atas jaringan ikat elastis.
Gambar 4.4
D.    Tulang Sanggurdi
Tulang sanggurdi atau stapes merupakan tulang kecil yang menyerupai sanggurdi kuda. Tulang ini merupakan tulang pendengaran terakhir pada teling dalam. Tulang sanggurdi adalah tulang terkecil dan teringan pada tubuh manusia.
Tulang sanggurdi menerima getaran suara dari tulang landasan dan diantar ke membran di telinga dalam melalui tingkap oval.
Pada hewan vertebrata yang bukan mamalia, tualng yang menyerupai tulang sanggurdi dinamakan columella; walaupun, pada reptil digunakan keduanya.
Gambar 4.5


            Trakea
Trakea atau saluran pernafasan yang menghubungkan antara laring dan bronki. Organ ini sangat berbeda dengan organ-organ yang lain yang berada di leher karena trakea sangat fleksibel. Trakea dapat merenggang hingga sepanjang empat atau lima inchi dan satu inchi luas diameter. Trakea dilapisi dengan lendir yang disebut eskalator mukosiliar, yang merupakan lendir dan silia dan membawa zat-zat asing sampai ditelan. Trakea terdiri dari antara 16 dan 20 cincin tulang rawan dalam bentuk "C". Karena trakea sangat fleksibel, bagian terbuka dari bentuk C ditutupi dengan otot Trachealis, yang dapat meregang sendiri untuk mencegah robek trakea ketika menelan hal-hal besar. Bila Anda batuk, otot juga kontrak untuk memaksa udara keluar dengan kecepatan yang lebih cepat untuk mengusir makanan atau benda asing lainnya terjebak.
            Bronkus
Pada beberapa tingkatan awal saluran pernafasan manusia dibangun oleh beberapa ring tulang rawan. Kedua cabang saluran pernafasan juga didukung oleh tulang rawan yang cukup tidak biasa. Dengan bentuk piringan. Tetapi, tingkatan bagian bawah dari saluan pernafasan sama sekali tidak didukung oleh jenis jaringan apapun.
 
                        Gambar 4.6                                                         Gambar 4.7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar