Senin, 22 November 2010

sitologi

SITOLOGI
Sitologi berasal dari akar kata cytos yang artinya cel dan logos artinya
ilmu pengetahuan. Jadi sitologi berarti ilmu yang mempelajari tentang sel.
Definisi sel adalah sel merupakan unit struktural yang terkecil dari mahluk
hidup yang terdiri dari segumpal protoplasma dan inti sel. Selanjutnya seiring
dengan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga pada tahun 1930
ditemukan mikroskop elektron. Definisi sel selanjutnya berbunyi “ Sel adalah
merupakan unit struktural dan fungsional yang terkecil yang mampu hidup di
dalam suatu lingkungan yang mati “.
Tanda-tanda sel itu hidup ada beberapa kriteria antara lain:
1. Sel dapat bersifat iritabel, artinya sel dapat menujukkan respon
terhadap stimuli baik secara kimiawi maupun listrik. Contohnya adalah
sel saraf dan sel otot.
2. Sel dapat bersifat konduktivitas, artinya sel mampu meneruskan
rangsangan. Contohnya sel saraf dan sel otot.
3. Sel dapat bersifat kontraktivitas, artinya sel dapat memendekkan
protoplasma ke satu arah (terlihat saat pembelahan sel)
4. Sel dapat bersifat absorbsi, sifat ini dapat dimiliki oleh semua jenis sel.
5. Sel mempunyai sifat sekresi, sifat ini paling baik dimuliki oleh sel-sel
kelenjar, selain itu juga mempunyai sifat ekskresi. Contoh sel yang
kurang/tidak mempunyai sifat ini adalah sel otot dan sel saraf.
6. Sel mempunyai kemampuan respirasi, artinya sel mempunyai
kemampuan menangkap oksigen untuk kebutuhan metabolisme di
dalam sel.
7. Sel mempunyai sifat pertumbuhan dan perbanyakan, perbanyakan sel
berarti dapat membelah diri dan selama perkembangannya dapat
menjadi banyak bentuk sifat ini disebut multipoten. Contoh sel yang
bersifat multipoten adalah sel mesenchym yang pada akhirnya
mengalami defrensiasi artinya sel tersebut telah menuju suatu proses
spesialisasi dan bertambah besar.
Kegiatan/perubahan-perubahan yang terjadi pada protoplasma/sitosol dapat
terlihat secara langsung pada mahluk bersel satu, tapi pada mahluk tingkat
tinggi hal tersebut sulit dilihat, hal ini dikarenakan sel tersebut mengalami
spesialisasi sel.
Akibat spesialisasi sel maka terjadi antara lain:
1. Terjadi hubungan yang erat antara bentuk dan fungsinya.
2. Bagian-bagian tubuh menjadi tergantung satu dengan yang lainnya.
3. Hilangnya potensi sel, artinya hilangnya kemampuan sel untuk berubah
bantuk.
Di alam semesta ini kita mengenal 2 jenis sel bila dilihat struktur selnya (inti
sel) yaitu :
1. Sel prokariota, tipe sel ini mempunyai inti tidak sejati atau tidak
mempunyai inti. Di dalam inti sel tidak ada/ada bagian-bagian sel
yang tidak jelas. Tipe sel ini dapat dijumpai pada sel bakteri atau
4
sel darah merah (erytrocyt). Sel Prokariota mempunyai struktur
internal yang sangat sederhana seperti:
• Tidak mempunyai organel yang terbungkus membran.
• Tidak mempunyai inti sel yang terbungkus membran.
• Struktur DNA tidak membentuk komplek dengan Histon
2. Sel Eukariota, sel ini mempunyai inti sel sejati. Contoh sel tanaman,
sel mahluk hidup tingkat tinggi. Inti sel eukariota di dalamnya
dijumpai:
• Chromatin: merupakan serabut-serabut DNA yang secara erat
terikat dengan histon.
Jadi pada hewan tingkat tinggi di dalam tubuhnya terdapat tiga jenis sel
yaitu:
1. Sel-sel yang sudah ada sejak lahir. Sel seperti ini sudah mempunyai
spesialisasi yang sangat tinggi dan semakin bertambahnya umur maka
jumlahnya juga makin berkurang. Jenis sel-sel seperti ini dijumpai pada
sel-sel otak, sel-sel ovum.
2. Sel-sel yang dalam perkembangan selanjutnya akan mengalami proses
defrensiasi secara bertahap dan kontinyu, namun setelah sel tersebut
sudah mencapai umur tertentu maka sel itu akan dilepaskan dari
tubuh. Contoh, sel epitel pada saluran cerna, epitel vesica urinaria, sel
epitel kulit.
3. Ada juga sel-sel yang sudah mengalami spesialisasi tinggi, tapi dalam
keadaan tertentu dapat menjadi muda lagi. Contoh sel-sel pada organ
hati, sel-sel organ kelenjar.
MORFOLOGI SEL
Pada mahluk tingkat tinggi terdapat berjuta-juta sel yang berbeda
bentuk, ukuran, isi sel, dan afinitasnya terhadap berbagai macam zat warna.
5
Pada sel yang masih hidup aktivitas isi sel (sitoplasma) tidaklah tetap
melainkan selalu berubah-ubah sesuai dengan aktivitas sel tersebut,
Ukuran sel tidaklah tetap juga tergantung dari aktivitas sel saat itu, sel yang
aktif atau sel yang sedang istirahat (stadium interpase) berbeda ukurannya
maupun bentuknya. Namun demikian sudah ada patokan rentang besarang
ukurannya, misal: sel eritrosit ( 3 – 20 mikron ), sel leukosit ( 8 – 20 mikron ),
sel ovum mamalia ( 100 – 150 mikron ), sel otot polos panjangnya ( 15 – 200
mikron ).
SITOPLASMA
Sitoplasma umumnya terlihat homogen tapi pada beberapa daerah ada
terlihat granuler, fibriler atau vakuoler. Sitoplasma sebenarnya mengandung
berbagai bangunan kecil yang fungsinya berbeda-beda pula, hal inilah yang
menujukkan perbedaan penampilan sitoplasmanya pada saat pengecatan sel.
Perbedaan penampilan ini dikarenakan dikarenakan variasi jumlah dan jenis
organel yang terkandung di dalam sitoplasma.
Pada sel hidup istilah cytoplasmic matrix juga disebut hyaloplasmic.
Hyaloplasma berdasarkan komposisi penyusun dan kepekatan (struktur)
yaitu:
1) Ektoplasma : terletak di bagian perifir dari sitoplasma (dekat dengan
membran sel), mempunyai konsistensi kekentalan yang sangat pekat
berbentuk gel ( jel ). Pada cairan ini tidak dijumpai/bebas dengan adanya
organel-organel sel maupun benda-benda inklusi, selain itu cairan ini
mempunyai sifat tiksotropi artinya cairan tersebut dapat berubah
konsistensinya menjadi lebih pekat daripada gel yang disebut sol.
Konsistensi seperti sol ini sifatnya revelsibel. Perubahan tiksotropi ini
terjadi apabila sel tersebut terkena pengaruh mekanik dari luar sel. Contoh
sel yang mempunyai kemampuan tiksotropi yang tinggi adalah sel amuba,
sel-sel yang mempuyai sifat fagositik ( leukosit, makrofag, sel RES, gian
cel, plasma sel, dll. ).
2) Endoplasma : letaknya ada di sebelah dalam dari ektoplasma. Cairan ini
mempunyai sifat konsistensi lebih cair dibandingkan dengan gel tapi lebih
pekat daripada air, selain itu cairan ini tidak mempunyai sifat tiksotropi.
Cairan ini mengandung/dijumpai adanya organel-organel sel dan
cytoplasmic inclution. Organel-organel ini disebut organoid ( organelles ).
Jadi organoid tidak lain adalah merupakan benda-benda kecil yang tetap
berada di dalam sel dan terorganisasi yang mempunyai fungsi spesifik
untuk proses metabolisme dalam mengatur kelangsungan kehidupan sel.
6
Organel-organel tersebut dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
A. Organella yang terbentuk dari membran (mempunyai membran)
1) Membran sel
Pada sel hewan dinding sel disebut dengan membran sel kerena
komposisi penyusunnya sebagian besar berupa lipid. Membran sel ini
disebut juga dengan istilah membran plasma / plasmalemma.
Beberapa peneliti (buku) plasmalemma tidak digolongkan ke dalam
organoid, namun ada juga beberapa peneliti memasukkan ke dalam
golongan organoid, hal ini dilihat dari strutur dan fungsinga yakni
berperan pada saat pembelahan sel, regenerasi sel, dan penyerapan
zat. Penyerapan/masuknya zat berupa cairan ke dalam sel disebut
pinositosis dan masuknya materi berupa benda sifatnya tetap disebut
fagosistosis.
Sifat-sifat membran sel antara lain:
• Mempunyai permiabilitas yang sangat tinggi
• Tersusun dari 3 komponen :1) lipid ( phospolipid, glikolipid,
cholesterol) 2) protein ( proteni integral, protein periferal ) 3)
karbohidrat ( karbohidrat dapat terikat dengan protein
maupun lipid ).
EKSOSITOSIS
E
NDOSI
T
OSI
S
7
• Mempunyai kemampuan untuk mengontrol terhadap keluar
masuknya informasi dari maupun ke dalam sel
• Mempunyai active site untuk proses transformasi energi
Membran sel terlalu tipis untuk dilihat dengan mikroskop cahaya
karena membran sel mempunyai ketebalan antara 8 – 10 nm. Dengan
ketebalan tersebut tidak tampak pada pemeriksaan mikroskop kecuali
potongannya sedikit miring, namun dengan mikroskop elektron
membran sel mudah terlihat. Dengan menggunakan mikroskop
elektron ternyata membran sel terlihat 3 lapis, hal ini sesuai dengan
prinsip mikroskop elektron apa bila materi itu padat elektron akan
terlihat gelap sedangkan bila kurang padat elektron terlihat terang.
Karena terlihat seperti tersusun 3 lapis maka disebut juga tri laminar
membran yakni pada bagian luar yang tersusun oleh lipid yang
kepekatan elektronnya lebih tinggi maka akan terlihat gelap, pada
bgian tengah kepadatan elektronnya rendah terlihat lebih terang, dan
pada bagian dalam tersusun juga oleh lipid maka terlihat pula belap.
Dengan seiring perkembangan ilmu pengetahuan ternyata membran
sel dapat dipisahkan dengan zat ditergen. Hasil pemisahan tersebut
ternyata membran sel terdiri dari dua lapis rantai lipid yaitu asam
lemak rantai panjang tidak jenuh (lipid acid ansaturated) dan protein.
Phospolipid struktur molekulnya ada yang bersifat polar (dapat dilalui
air) yang menghadap keluar (digambarkan sebagai kepala) dan satu
lagi bersifat non-polar (tidak dapat ditembus air) yang berada di
sebelah bawahnya (digambarkan sebagai ekor). Lapisan lipid yang
satunya (di bawah) letaknya terbalik yakni non-polar menghadap ke
luar (atas) dan gugus polar menghadap ke dalam (bawah). Teori ini
yang sampai kini diyakini kebenarannya yaitu teori Bilayer Lipid. Jadi
sifat hydrophylic ada disebelah luar (karena gugus polar dari
phospolipid) dan sifat hydrophobic ada disebelah dalam (karena gugus
nonpolar dari rantai hidrokarbon) ini terdapat pada membran bagian
luar sedangkan membran bagian dalam posisinya terbalik.
Protein membran berfungsi sebagai:
- sebagai pompa ion
- sebagai ion cenel (pintu gerbang)
- sebagai enzim
- sebagai reseptor
- sebagai perekat/penghubung antar sel
Gugus karbohidrat terikat pada protein/lipid yang menonjol ke
permukaan sel disebut glikokalik (extrinsic cell coat), karbohidrat
berperan untuk membantu protein dalam kemampuannya untuk
mengenal sesuatu, sehingga cell coat tersebut berfungsi sel menjadi
bersifat selektif dan permiabel, sifat spesifik, dan sifat adhesif
(melekat)
GAMBAR: foto mikroskop elektron membran sel
8
2) Retikulum Endoplasmik
Retikulum endoplasmik terdapat dua bentuk yang berbeda baik
struktur maupun fungsinya yakni yang berbentuk butiran-butiran kasar
disebut Rough endoplasmik retikulum (RER) dan satunya lagi
berbentuk buluh/gelembung disebut smooth endoplasmik (SER) berupa
butiran halus. Smooth endoplsmik dapat juga berbentuk gelembung
pipih (cysternae) yang membentuk suatu jalinan disebut retikulum.
Perkembangan teori terkhir ternyata retikulum endoplasmik dianggap
sebagai proliferasi dari kerioteka interna (membran inti bagian luar).
Dengan pengecatan HE akan memberikan kesan warna biru/violet
(sifat basa) sehingga disebut juga komponen basofil sitoplasma, ini
terlihat jelas pada sel-sel otot (disebut ergastoplasma) selain itu juga
terlahat jelas pada sel kelenjar. Pada sel saraf retikulum endoplasmik
9
disebut benda-benda Nissl. Rough Endoplasmik retikulum (RER)
diidentikkan dengan ribosoma.
RIBOSOMA :
Ribosoma mersifat basofil, sehingga sitoplasma menjadi bersifat
basofil karena begitu banyaknya jumlah ribosom di dalam sitoplasma.
Ribosoma merupakan pusat pembentukan protein. Robosoma
merupakan tempat untuk merangkai asam-asam amino menjadi
peptida atau protein. Dengan mikroskop elektron ukuran ribosoma
berkisar antara 10 – 20 nm dengan komposisi RNA sebanyak 60 % dan
protein sebanyak 40 %, karena komposisi inilah yang menyebabkan
ribosom bersifat basopilik. Ribosom pada mamalia mempunyai
koefisien sedimen (kecepatan dalam pengendapan) sebesar 80S
(satuan Swedberg) butiran besar dari ribosom satuan sedimennya
sebesar 60S dan butiran becil sebesar 40S. Pada proses pembentukan
protein ribosom melekat pada mRNA
Gambar:
10
SER tersusun berupan gelembung-gelembung pipih berupa lembaranlembaran
dengan permukaan yang halus tanpa adanya ribosom
(bentuk vesikuler), dari jalinan-jalinan tersebut terbentuklah vesikel
yang mengangkut bahan-bahan untuk disintesis di RER dan
selanjutnya diteruskan ke Golgi komplek.
Jumlah SER untuk setiap jenis sel tidak sama, hal in penting fungsinya
untuk menghasilkan sekret baik itu berupa hormon maupun
nonhormon, misal,
- biosintesis hormon steroid/testosteron oleh sel Leydig
- biosintesis hormon progesteron oleh sel-sel korpus luteum
- sintesis lipid/detoksifikasi oleh sel-sel hati (hepatocyt)
- biosistesis hormon glukagon oleh sel-sel pankreas, hormon ini
berfungsi merangsang terbentuknya membran baru
(terbentuknya retikulum endoplsmik baru). Pada hati glukagon
diperlukan untuk perombakan glikogen menjadi glukosa.
- Pada sel-sel eptel usus berperan dalam absorbsi lipid.
- Pada otot skelet/jantung (RER disebut retikulum sarkoplasma)
yang secara aktif mengatur kadar kalsium disekitar miofibril,
sehingga berperan dalam membantu proses kontraksi otot.
Smooth Endoplasmik Retikulum (SER) mempunyai peranan yang
berbeda-beda sesuai dengan jenis selnya.
3) GOLGI KOMPLEK
Pada tahun 1889 seorang ahli saraf dari Italia bernama Camillo Golgi
menemukan organel pada sel saraf kucing dan burung dengan
menggunakan metoda pengecatan perak nitrat. Dari hasil pengamatan
11
diketahui bahwa setiap sel memiliki organel ini (golgi komplek) yang di
dalamnya mengandung lipoprotein. Beberapa buku/penulis gilgi
komplek mempunyai banyak nama seperti: Golgi Net, Aparatus
Retikularis Golgi, Internal Retikuler Apparatus.
Golgi komplek berbentuk pipih yang tersusun seperti jala, dimana pada
bagian yang memanjang pada lempeng golgi disebut saculus. Dengan
mikroskop elektron golgi komplek letaknya tidak sama untuk semua
jenis sel, misal: pada sel kelenjar terletak di atas inti (dekat inti) yakni
berbatasan dengan kutub bebas dari sel, pada sel saraf letaknya
mengelilingi inti, pada sel pankreas letaknya tidak menentu.
Perkembangan selanjutnya dimana golgi komplek yang telah kompak
(dewasa) menghadap kutub bebas dari sel, dan dari tempat ini
melepaskan butiran-butiran sekret yang disebut juga sebagai butir
Golgi ( Golgi granules) atau Vakuola Golgi atau Vesikel Pemindah.
Butir-butir tersebut pada saat dilepaskan berwarna cerah namun lama
kelamaan berubah warna menjadi gelap. Butir-butir yang telah
menjauhi Golgi disebut Butir Zymogen.
Fungsi dari Golgi Komplek adalah:
- tempat proses sintesis
- tempat pemekatan (membentuk struktur protein)
- tempat proses penambahan gugus/senyawa
- tempat penyimpanan sementara hasil produk
Fungsi ini jelas terlihat aktivitasnya pada sel-sel kelenjar maupun selsel
endokrin. Selanjutnya protein/sekrit yang dihasilkan mengalami
pengaktifan, setelah itu barulah dikeluarkan dari sel atau digunakan
sendiri oleh selnya untuk eksistensi sel
4) LISOSOMA
Dahulu organel in kurang mendapat perhatian, namun dekade terakhir
ini banyak diselidiki karena perannya yang sangat penting dalam
mempertahankan sel. Hasil penyelidikan diketahui organel lisosoma
berupa kantong-kantong kecil berdiameter antara 0,15 – 0,8 mikron, di
dalamnya mengandung ensim pencernaan bagi sel. Ensim tersebut
bersifat hidrolitik yang bekerja aktif pada situasi sedikit asam ( PH 5 ),
sehingga ensim ini disebut Hidrolisa Asam. Dengan demikian lisosoma
merupakan organel dalam sel yang berperan dalam proses
penghancuran.
Lisosoma ada 2 tipe yaitu: 1) Lisosoma primer: berisi berisi ensim
hidrolitik. 2) Lisosoma sekunder: merupakan peleburan antara lisosoma
primer dengan berbagai gelembung substrat. Lisosoma primer
berkembang yang berasal dari perkembangan dari Aparatus Golgi, dan
selanjutnya menjauhi Golgi. Heterofagosom terbentuk akibat invaginasi
membran plasma yang mengelilingi benda asing, sedangkan Vakuola
Krinofagi adalah merupakan peleburan dari gelembung sekrit yang
telah mengalami penuaan atau kerusakan dengan lisosom primer.
Lisosoma Sekunder sekrit yang ada di dalamnya dapat dikeluarkan dari
12
selaput atau masih tetap ada di dalamnya, hal ini disebut Lisosom
pembentuk pigmen lipofuksin.
Jenis ensim yang terkandung di dalamnya adalah:
• Acid phospatase
• Acid ribonuclease
• Acid deoxyribonuclease
• Cathepsin
• Peroksidase.
Ensim yang terkandung di dalam organel lisosoma dapat
memecah/menghancurkan protein, DNA, RNA, karbohidrat, dan lemak.
Sintesa ensim tersebut diduga terjadi di dalam Endoplasmik Retikulum
dan selanjutnya tersimpat dalam kantong penyimpan.
MITOKONDRIA
Mitokondria telah lama sudah diketahui oleh para ilmuan baik itu
mitokondria yang berasal dari tanaman maupun dari mahluh hidup
(eukariota). Pada tahun 1890 oleh Altman menemukan mitokondria
sebagai butiran-butiran kecil seperti benang dan dapat bergerak aktif
serta dapat membelah diri tanpa diikuti oleh pembelahan sel.
Pembelahan mitokondrian diperkirakan melalui pembelahan yang
sangat sederhana yakni pembelahan Amitosis.
Mitokondria mempunyai sangat bervariasi bentuknya tergantung dari
aktivitasnya, dapat berbentuk bulat, oval, dan bahkan memanjang
dengan ukuran birkisar antara 2 – 3 mikron.
Dengan mikroskop elektron mitokondria terlihat mempunyai dua
(2) lapisan membran yaitu lapisan di sebelah luar disebut outer
membran dengan ketebalan 7 nm (nanometer) dan lapisan sebelah
dalam disebut inner membran yang tebalnya 8 nm. Diantara membran
luar dan membran dalam terdapat matrik berupa cairan yang
merupakan tempat terjadinya siklus creb. Pada inner membran dapat
membentuk lipatan-lipatan ke arah dalam. Lipatan ini disebut Krista.
Kepadatan krista tergantung dari aktivitas mitokondria, kalau
aktivitsnya tinggi maka lipatan krista akan tampak lebih banyak dan
mitokondria terlihat memanjang. Pada inner membran terdapat
partikel-partikel yang mrupakan elementary unit untuk kelangsungan
proses reaksi oksidasi-reduksi, phosphrilasi oksidatif, dan proses
pembentukan ATP. Selain itu juga terdapat ion-ion anorganik sperti Ca,
P, Mg, yang berguna untuk memelihara keseimbangan ion di dalam
sel, selain itu juga terdapat ensim seperti sitokrom dan flavoprotein
yang mengandung ion Fe untuk mengatur respirasi sehingga kedua
ensim ini dikenal sebagai ensim resipirasi, selain itu juga terdapat
ensim Koensim Q dan ensim Oksidatif Fosforilase
13
Pada matrik dijumpai ensim kreb ( Krebscitric acid cycle enzymes ) dan
ensim untuk sintesis protein/lipid, selain itu juga ditemukan DNA dan
RNA untuk pembelahan sel (sebagai materi genetik). Hasil pemetaan
gen pada DNA mitokondria ternyata susunan nukleotida berbeda
dengan susunan nukleotida pada DNA inti sel, namun demikian
susunan nukleotida (mtDNA) sama persis dengan susunan nukleotida
(mtDNA) dari orang tuanya (Ibunya). Dengan adanya materi genetik
serta ensim-ensim untuk pembelahan sel ada di dalamnya maka
mitokondrian dapat mengadakan pembelahan. Pembelahan
mitokondria bersifat semiotonom, artinya dapat dikatakan mitokondria
merupakan sel lain yang hidup di dalam sel yang hidup secara
bersimbiose. Pembelahannya tidak tergantung dari informasi dari inti
sel namun untuk kelangsungan hidupnya dibawah kendali inti sel.
6) PEROKSISOM ( MIROBODIES )
Organel ini dahulu belum mendapat perhatian walaupun telah
diketemukan lewat pemeriksaan dengan elektron mikroskop berbentuk
bulat. Belakangan ini justru mendapat perhatian yang tinggi mengingat
telah diketemukan ensim yang terkandung di dalamnya. Butiranbutiran
pekat elektron.
Ensim yang terkandung di dalamnya : Katalase, hidrogen peroksida,
urat oksidase, D-aminooksidase. Fungsi organel ini mengatur
pemakaian oksigen di dalam sel, proses metabolik, proses detoksifikasi,
dan pemecahan asam lemak menjadi asetil-CoA ( sangat jelas terlihat
pada sel hati )
B. Organella yang tidak terbentuk dari membran (tidak mempunyai
membran)
Organel yang tidak terbentuk dari membran sering disebut dengan
kerangka sel (cytoskleton). Kerangka sel ini membentuk jalinan komplek
14
yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk sel, stabilitas sel, gerakan
sel (waktu pembelahan sel), dan membantu pada proses mitosis
Yang termasuk organel ini antara lain:
1. SENTRIOLA
Organel sentriola asal usulnya tidak terbentuk dari membran (tidak
mempunyai membran sel). Pada stadium interpase tampak sepasang
berbentuk granul berukuran antara 0,5 – 10 mikron. Selama memasuki
tahap mitosis sentriola dikelilingi oleh massa yang cerah disebut
Centromer. Benang-benang halus yang memancar dari centriola disebut
Aster yang merupakan /dikenal dengan Pusat Sel .
Dengan menggunakan mikroskop elektron ternyata bentuk sentriola
berbentuk kantong silinder tidak seperti anggapan semula berbentuk
granul. Bentukkan kantong silinder ini mempunyai diameter 150 mμ
(milimikron) dan panjang 300 – 500 mμ dengan unjung yang satu terbuka
dan ujung lainnya tertutup. Melalui penampang melintang tampak adanya
9 bangunan sub-unit yang tersusun longitudinal (paralel longitudinal) dan
tiap sub-unit memiliki 3 buluh-buluh halus yang tersusun sedemikian
rupa, sehingga pada potongan melintang tampak adanya 3 lingkaran yang
berdekatan . Bagian paling dalam disebut buluh A lalu buluh B dan buluh
C yang paling luar. Buluh A dari 9 sub-unit memilik i jarak yang sama satu
dengan yang lainnya yang membentuk lingkaran dengan lingkaran 150 mμ
Buluh A dari sub-unit yang satu akan berhubungan dengan buluh C dari
sub-unit yang terdekat, sehingga memberika gambaran seperti roda
bergerigi, sehingga sumbu dari setiap sentriola membentuk diplosom
tersusun tegak lurus satu dengan yang lainnya. Di dalam sentriola juga
ditemukan senyawa aktin dan miosin, sehingga sentriola dapat
memanjang maupun memendek sesuai dengan aktivitasnya.
2. MIKROTUBULUS
Mikrotubulus microtubules mempunyai nama lain adalah Cytoplasmic
microtubules. Pada stadium interpase sangat sedikit dan berperan sebagai
kerangka sel, sehingga dapat mempertahankan bentuk sel (sel erytrocyt).
Pendapat lain menyatakan bahwa mikrotubulus membantu dalam
perubahan bentuk sel (sel Leukocyt dan sel Makrofag). Pada stadium
mitosis mikrotubulus jumlahnya sangat banyak. Di bawah mikroskop
elektron mikrotubulus terlihat seperti tabung kecil dengan diameter 220 –
270 Amstrom dengan ketebalan dindingnya 50 – 70 Amstrom. Pada pase
mitosis terlihat dari kutub ke kutub sel atau dari kutub ke kromosom
dengan jumlah ± 12 buah dengan jarak satu dengan yang lainnya 55 – 60
Amstrom. Pada sel saraf (axon) mikrotubulus disebut juga Neurotubulus
dengan ukuran sedikit lebih besar dari pada neurofilamen yang berjalan
longitudinal. Neurotubulus berfungsi untuk pertumbuhan penjuluran sel
saraf yang sedang berkembang, begitu pula untuk membantu transport
berbagai organel dari perkarion ke tepi.
3. FILAMEN
15
Filamen merupakan komponen dari fibril yang mempunyai ukuran jauh
lebih kecil. Filamen yang terdapat pada sel mempunyai diameter 30 – 60
Amstrom. Pada sel kulit (daerah epidermis ) filamen membentuk tonofibril
yang merupakan bahan pembentuk keratin. Fungsi utama filamen adalah
untuk kontraksi sel, ini jelas terlihat pada sel otot, tapi pada sel yang
lainnya (bukan sel otot) fungsinya belum jelas. Sementara ini diduga
filamen membantu dalam perpindahan/memindahkan komponenkomponen
sitoplasmik. Letaknya tersebar di dalam sitosol oelh karena itu
para ahli juga menduga juga dapat berfungsi sebagai penyokong sel
(cytoskeleton)
C. CYTOPLASMIC INCLUSION
Cytoplasmik inklusi mempunyai nama lain yaitu Paraplasma. Paraplasma
bersifat sementara, artinya bangunan ini berada di dalam sel hanya
sementara dan akan dikeluarkan dari sel pada saat-saat tertentu atau
dirombah menjadi bentuk lain, bentukan ini merupakan benda yang
sifatnya mati/senyawa, misal yang berupa cadangan ( lemak, glikogen),
berupa pigmen ( melanin, hemosiderin), atau berupa granul-granul
sekretorik ( yang isinya dapat berupa protein/ensim, hormon). Paraplasma
tidak dijumpai pada semua sel, tapi hanya ada pada sel-sel tertentu saja.
NUKLEUS
Nukleus atau inti sel dianggap sebagai pusat pengatur aktivitas sel,
sedangkan di stoplasma merupakan tempat matabolisme sel berlangsung.
Bentuk inti umumnya berbentuk mendekati bulat, tapi pada sel neutrofil
(polinuklier) intinya terlihat bergelambir. Sebenarnya bagian lobus satu
dengan lobus inti lainnya dihubungkan oleh selaput penghubung tipis,
sehingga pada saat pengecatan kadang penghubung ini tidak tercat dan
akhirnya inti sel terlihat lebih dari satu (polinuklier)
Untuk melihat bagian-bagian sel yang terkandung di dalamnya akan terlihat
bila sel berada dalam stadium interpase (istirahat).
16
Hal-hal yang tampak umumnya adalah:
1. MEMBRAN INTI
Dinding inti terdiri dari dua lapis, antara lapis yang satu dengan lapis
lainnya terdapat ruang antara yang berisi bahan amorf dan berjarak 40 –
70 nm (nanometer). Lapisan tersebut adalah: a) karioteka eksterna, b)
ruang perinuklier, c) karioteka interna.
Ruangan yang terbentuk dari dua lapis tersebut disebut dengan istilah
Sisterna Perinuklier. Kedua karioteka (membran) mempunyai kepadatan
elektron yang berbeda yakni karioteka eksterna (membran bagian luar
dengat dengan sitoplasma) kurang padat elektron dan pada pada lapis ini
banyak diketemukan ribosum yang melekat dan endoplasmik retikulum.
Pada karioteka interna di bagian dalamnya terdapat polipeptida yang
merupakan tempat pertautan dari kromatin. Membran inti terdapat poripori
yang mempunyai diameter 300 – 1000 Angstrom dengan jarak antara
0,1 – 0,2 mikron. Penelitian lebih jauh, diketehui lubang/pori tersebut
dilapisi oleh selaput yang sangat tipis berupa chenel material berbentuk
filamen. Filamen ini diperkirakan berfungsi mirip sebagai diafragma.
2. NUKLEOLUS
Nukleolus disebut juga Plasmosum. Plasmosum bentuknya bulat berjumlah
1 – 4. Nukleolus di dalam inti dapat bergerak, oleh karena itu sel yang
mempunyai nukleolus lebih dari satu ( sel hati ) kadang terlihat di bawah
mikroskop hanya satu atau dua, hal ini karena pergerakan nukleulus yang
posisinya kebetulan sejajar/berhimpitan. Nukleolus kaya akan RNA, DNA,
dan protein, hal ini dikarenakan di da;am nukleolus merupakan tempat
materi genetik (Gen)/DNA. Dengan menggunakan mikroskop elektron
nukleolus terlihat ada 3 zona yaitu: 1) pars Granulosa, 2) pars Fibrosa,
dan 3) Pars Kromosomal. Pars Granulosa dan Pars Fibrosa kaya dengan
Ribonukleoprotein yang merupakan prekursor ribosum yang akan
dibentuk, sedangkan pars Kromosomal kaya dengan DNA.
RNA-ribosomal (rRNA) di daerah pars kromosomal diubah dan disimpan
sementara di daerah pars Fibrosa dan selanjutnya diteruskan ke pars
Granulosa sebelum akhirnya dilepaskan ke dalam sitoplasma.
3. KROMATIN
Kromatin mudah diwarnai dengan pengecatan HE yang tampak berwarna
ungu (basofil). Kromatin di dalam inti letaknya menyebar. Dari
peyebarannya dapat dikelompokkan menjadi 3 daerah yaitu:
• Kromatin tepi: berupa granul-granul di sekitar karioteka interna
• Lempeng-lempeng kromatin: letaknya tersebar di antara dinding
inti dan nukleolus
• Kromatin pembungkus nukleolus: letaknya mengelilingi nukleolus
Pada pembelahan sel (stadium interfase) kromatin berkumpul membentuk
benang-benang halus yang disebut KROMOSOM. Tapi ada juga kromatin
yang tidak tampak pada stadium ini dan masih merupakan bagian dari
kromosom disebut EUKROMATIN. Istilah Heterokromatin tidak lain
merupakan kromatin dari segmen kromosom berupa benang-benang halus
yang tampak selama stadium interpase. Belakangan diketemukan
17
kromatin kelamin yang tidak lain dalah kromatin sex atau Barr Bodies
tampak berupa granul-granul basofilik terletak dekat dengan nukleolus,
kromatin ini diduga merupakan peleburan dari hetrokromatin yang berasal
dari dua kromosom-X. Terlihat jelas pada sel soma dari individu betina.
4. KARIOLIMFE
Kariolimfe disebut juga Nukleuplasma yang berupa cairan proyein dengan
konsistensi lebih pekat bila dibandingkan sitoplasma. Apa bila inti
mengalami kelainan/perubahan berupa: kariopiknosis, karioreksis, dan
kariolisis itu merupakan pertanda bahwa seltersebut telah mengalami
kalainan patologik.
REPIKLASI GEN
Replikasi gen adalah merupakan perbanyakan/dupliksi gen, kejadian ini
ditemukan pada saan pembelamah sel baik itu pembelahan mitosis maupun
pembelahan meiosis. Peneliti mayakini bahwa pada kromosom terdapat gengen
pembawa informasi genetik. Pada saat itu belum banyak diketahui bagai
mana bentuk gen itu. Kemudian pada tahun 1928 seorang akhli mikrobiologi
berkebangsaan Inggris bernama Griffith. Dengan menggunakan bakteri
Diplococcus pneumonia meneliti tentang materi genetik bakteri tersebut,
kesimpulan yang didapat adalah pembawa informasi genetik adalah DNA.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Oswold Avery pada tahun 1944 di Institut
Rokefeller New York dengan menggunakan bakteri yang sama tapi dengan
metoda yang berbeda (lebih canggih) yaitu bakteri strain patogen diambil
materi genetiknya lalu dimurnikan dan akhirnya dimasukkan ke dalam sel
bakteri nonpatogen, hasilnya bakteri nonpatogen itu menjadi patogen,
dengan demikian diyankni pembawa informasi genetik itu adalah DNA.
Sampai disini disepakati bahwa Gen itu adalah: bagian atau segmen dari DNA
yang berperan sebagai pembawa informasi gentik melalui pembentukan
secara tidak langsung molekul-molekul protein. Kemudian timbul pertanyaan
bagaimanakah bentuk DNA itu, ini belum bisa dijawab. Kemudian tahun 1953
oleh James D. Watson dan Francis Crick dapat menjawab pertanyaat tersebut
yang terkenal dengan sebutan Postulat Watson and Crick yaitu:
1. Struktur DNA terdiri dari dua rantai polinukleotida yang berbentuk helix
berputar ke kanan melingkari satu sumbu membentuk helix berganda.
2. kedua rantai berpasangan satu dengan yang lainnya dalam posisi anti
paralel dan arah rantai yang satu dengan rantai yang lainnya berlawanan
arah.
3. kedua rantai helix melingkar tersebut sedemikian rupa sehingga keduanya
tidak dapat dipisahkan kecuali dengan perlakuan.
4. Gugus-gugus basa purin dan pirimidin dari kedua rantai terletak di bagian
dalam dan basa-basa dari rantai pertama berpasangan dengan basa-basa
dari rantai kedua.
5. Basa-basa tersebut berpasangan sedemikian rupa sehingga basa Adenin
(A) berpasangan dengan Timin (T) dan Guanin (G) berpasangan dengan
Citosin (C).
18
6. Pasangan-pasangan tersebut terjadi karena adanya ikatan hidrogen antara
basa dari rantai pertama dengan rantai kedua.
7. Pasangan basa pada rantai yang satu dengan rantai kedua merupakan
pasangan kompementer.
Setelah diketahui postulat ini barulah perkembangan di bidang sel sangat
maju, bahkan dapat menggunakan DNA untuk melacak penyakit-penyakit
keturunan dan sekaligus dapat memperbaiki kelainan DNA yang mengalami
kelainan tersebut.
PERTUMBUHAN DAN PEMBELAHAN SEL
Pertumbuhan sel adalah hasil sintesis biokimiawi dari protoplasma,
disini terjadi penambahan jumlah protoplasma pada sel. Replikasi gen tidak
lain adalah duplikasi DNA yang berlangsung pada stadium interpase. DNA
berperan aktif dalam menentukan kehidupan dan arah sel dan dari DNA dapat
disintesa RNA dan pada akhirnya dibentuk protein.
Pembelahan sel melalui 3 cara yaitu:
1. Pembelahan Amitosis
2. Pembelahan Mitosis
3. Pembelahan Miosis
PEMBELAHAN AMITOSIS
Pembelahan amitosis disebut juga pembelahan secara langsung
( direct cell division ).
Pembelahan secara amitosis berlangsung sangat sederhana dan dalam waktu
yang sangat singkat. Pembelahan dimulai dari pembelahan inti kemudian
19
diikuti oleh pembagian sitoplasmanya. Cara pembelahan amitosis tidak diikuti
dengan pembelahan/duplikasi kromosom. Pembelahan cara ini banyak
ditemukan pada binatang tingkat rendah, juga pada bakteri.
PEMBELAHAN MITOSIS
Pembelahan mitosis menghasilkan dua sel anak yang sama persis
dengan sel induk, sifat-sifat genetiknya juga sama. Ditinjau dari sitologi
modern, mitosis dipandang sebagai replikasi DNA. Proses mitosis pada
sel/organ tubuh berlangsung secara kontinyu dengan kecepatan yang
berbeda. Perbedaan ini dipengaruhi oleh:
• Jenis kelamin
• Macam organ
• Suhu, baik suhu tubuh maupun suhu di luar tubuh
• Kondisi fisiologis individu
Menurut De Robert mitosis meliputi 5 tahap al: interpase, propase, metapase,
anapase, dan telopase.
1. PROPASE
Pada pase ini terlihat perubahan-perubahan pada inti sel dan sitoplasma.
Perubahan-perubahan yang dapat diamati adalah:
a. Inti sel membesar dan kromonemata memendek sehingga tampak
seperti benang-benag halus.
b. Sentriola membelah menjadi dua, kemudian menunju ke masingmasing
kutub sel. Dari sentriola ini keluar benang-benag halus.
c. Pada akhir stadium profase, kariotek mulai lenyap tapi belum
sempurna sehingga kromosum mulai terlihat tapi belum kompak,
kromosom terlihat agak panjang dan langsing (belum berkontraksi
sempurna)
20
2. METAPASE
Pada stadium metapase, kromosum sudah berkontraksi sempurna
(kompak) dan sudah memisahkan diri ke bidang ekuator. Pada stadium ini
tampak kromosom bergerak menuju kutub masing-masing, pada akhir
metafase membran inti sudah lenyak sama sekali.
3. ANAPASE
Pada stadium anapase terjadi pembelahan kromosom secara longitudinal
dan belahannya menuju ke masing-masing kutub, pemindahan kromosom
ini diduga karena pengaruh protein yang berada di dalam mikrotubulus.
Sel terlihat menggelembung mendekati oval.
21
4. TELOPASE
Pada stadium telopase awal, sentriola sudah berada pada kutub-kutub sel
dan selanjutnya diikuti dengan munculnya inti pada sel anakan. Nukleulus
muncul kembali dari nukleoler organizer. Sebelum memasuki stadium
interfase, kromosom membelah diri dan kembali dari bentuk uliran ke
bentuk benang. Kariotek terbentuk kembali dan diikuti dengan
terbetuknya membran inti. Selanjutnya diikuti dengan terbentuknya
organel-organel sitoplasmik. Pada akhir stadium telofase teleh terbentuk
dua anak sel yang membawa materi genetik yang idendik
5. INTERPASE
Stadium interpase merupakan tahap istirahat, keadaan ini dipergunakan
untuk tumbuh dan penambahan sitoplasma dan paraplasma. Waktu yang
diperlukan pada stadium ini trgantung jenis. Sel-sel muda diperlukan
waktu yang lebih singkat bila dibandingkan sel tua. Jenis sel epitel
mempunyai ewaktu yang singkat bila dibandingkan dengan sel saraf.
Sebetulnya pada stadium interfase dikatakan fase insirahat tidaklah tepat,
karena pada stadium ini justru terjadi serangkaian perubhan untuk
mempersiapkan diri untuk membelah berikutnya. Oleh karena itu pada
stadium ini terbagi menjadi 3 fase yaitu:
• Pase G1 : disebut pase presintesis DNA
• Pase S : disebut pase sintesis DNA
• Pase G2 : disebut pase pasca duplikasi DNA
22
PEMBELAHAN MEIOSIS
Menurut konsep lama meiosis diartikan sebagai pembelahan reduksi,
hal in mungkin disebabkan jumlah kromosom sel anak mengalami
pengurangan menjadi setengah jumlah kromosom sel induk. Kini konsep itu
telah ditinggalkan. Konsep terbaru menyatakan, bahwa meiosis terjadi proses
crossing over kromosom. Pada proses ini kromosom tidak mengalami reduksi
baik pada pembelahan pertama maupun pembelahan kedua, tapi yang terjadi
sebenarnya adalah berupa distribution of chromosomes. Artinya, pembelahan
reduksi tidak tepat, hanya terjadi distribusi/penyebaran dari kromosom..
Pembelahan meiosis meliputi dua tahap antara lain:
Tahap pertama : terjadi distribution and redistribution bagian kromosom.
Tahap kedua : Pada tahap ini sama dengan pembelahan mitosis.
Tahap pembelahan pertama dapat diamati 4 tahap ( sama seperti
pembelahan mitosis) hanya pada tahap stadium propase memerlukan waktu
yang lebih lama, karena di dalamnya terbagi lagi menjadi 4 substadium yaitu:
1. Stadium Leptoten : pada stadium ini kromosom tampak jelas berbentuk
filamen.
2. Sadium Zygoten : pada stadium ini kromosom yang homolog saling
berkumpul dan mulai berpasangan.
3. Stadium Pakhiten : kromosom homolog yang berpasangan tersebut
menempatkan diri secara longitudinal, sehingga tiap pasangnya disebut:
bivalen. Selanjutnya terjadi pembelahan secara longitudinal dan akhirnya
terbentuk 4 kromonemata. Selanjutnya terjadi crossing over (pindah
silang).Terjadinya pindah silang bagian-bagian kromosom dengan pola
tertentu. Artinya terjadi pertukaran gen secara acak sehingga terbentuk 4
anak sel dengan membawa gen yang berbeda satu dengan lainnya.
23
4. Stadium Diploten : setelah crossing over (pindah silang) selesai,
terjadilah proses pemisahan antara kromosom homolog, tapi proses
pemindahan kromatid agak mengalami kesulitan karena terjadi proses
terminasi. Setelah itu diikuti dengan lenyapnya membran inti.
Setelah itu berakhirlah stadium propase dan selanjutnya diikuti pase
selanjutnya ( metapase, anapase, dan telopase)
Tahap pembelahan kedua, menjelang pembelahan kedua terjadi
interpase secara singkat. Setelah itu kembali terjadi serangkaian pembelahan
seperti pada pembelahan mitosis biasa. Bedanya denga pembelahan pertama
terletak pada pembelahan stadium propase, dimana pada pembelahan kedua
stadium propase berjalan singkat dan seterusnnya diikuti dengan satium
berikutnya. Jadi sel anak yang dihsilkan pada pembelahan meiosis terbentuk
4 sel anak yang haploid dengan membawa kombinasi gen-gen yang berbeda.
Meiosis yang berlangsung pada sel spermatogonia (spermatogenesis)
dan sel oogonia (oogenesis) pada prinsipnya adalah sama, hanya saja
pembelahan pada spermatogonia menghasilka 4 spermatozoa dengan
morfologik identik tapi mempunyai gen-gen yang tidak sama. Sedangkan
pada sel oogonia hanya terbentuk satu oocyt (ovom) yang besar (fungsional)
tiga lainnya mengalam atrisia karena pembagian sitoplsma yang tidak merata.
Pembagian sitoplasma yang tidak merata ini terjadi pada stadium telopase
pertama dan stadium telopase kedua.
Meiosis spermatogonia

histolgi tulang


TINJAUAN KEPUSTAKAAN

1.   OSIFIKASI TULANG, FUNGSI, DAN JENIS TULANG DAN TULANG RAWAN
1.1 Osifikasi Tulang
Tulang tumbuh dari jaringan ikat, sering pula dipakai “Osifikasi” yang berarti pembentukan jaringan tulang (Osseous tissue).
Pertumbuhannya tulang naik pada kehidupan embrio maupun pada yang telah dewasa. Dilihat dari proses perkembangan pada mamalia dapat dibedakan :
-          Osifikasi intramembraneus
-          Osifikasi intrakartilageneus, yang bersifat perikhondral dan endokhondral
Pada osifikasi intramembraneus, tulang langsung berkembang dari jaringan ikat, dimulai dari tengah-tengah mesenkhim yang disebut “pusat pertulangan”.
Pada osifikasi intrakartilageneus, jaringan ikat mula–mula membentuk tulang rawan miniatur yang hampir mirip dengan tulang dewasa hanya dalam format kecil. Pada proses selanjutnya tulang rawan tersebut dirombak menjadi tulang sejati sambil tumbuh membesar serta memanjang sampai pada ukuran yang semestinya.
Osifikasi intramembraneus terjadi pada tulang–tulang pipih (ossaplana) misalnya, tulang tengkorak, sedangkan osifikasi intrakartilageus terjadi pada tulang–tulang pipa (ossa longa).
Mengenai pembentukan tulang pendek (ossa brevia) hampir mirip dengan tulang pipa dengan pola agak berbeda. Permukaan persendian tetap tinggal sebagai tulang rawan hialin.
Tulang rawan miniatur sifatnya sebagai tulang rawan hialin. Pembentukan tulang lazim terjadi pada tempat–tempat yang seharusnya ada, akan tetapi penyimpanan selalu ada. Terjadinya tulang oleh pengaruh–pengaruh tertentu pada tempat yang tidak lazim dekenal sebagai “pertulangan metaplastik atau pertulangan ektopik”.
Contoh :
-          Os Kordis, tulang dalam jantung (hewan dan hewan tua)
-          Tulang pada otot, tendon, Pelvis Renalis
-          Tulang pada bahu manusia (serdadu memikul senjata)
  
                              Gambar 1.1                                                     Gambar 1.2
1.2 Fungsi Tulang
Sebagai unsur utama dari kerangka dewasa, tulang memiliki beberapa fungsi antara lain :
1.      Jaringan pada tulang menunjang struktur perdagingan
2.      Melindungi organ-organ vital
Contoh organ vital : organ yang terdapat dalam rongga kranium dan rongga dada.
3.      Tempat pembentukan sel darah merah
Karena tulang mengandung sumsum tulang.
4.      Sebagai cadangan kalsium, fosfat dan ion lain yang dapat dibebaskan atau ditimbun secara terkendali untuk mempertahankan konsentrasi tetap ion-ion penting didalam cairan tubuh
5.      Membentuk sistem pengungkit yang melipatgandakan kekuatan yang timbul akibat kontraksi otot rangka
6.      Menghasilkan gerak-gerak tubuh
1.3  Jenis Jaringan Tulang
Jaringan tulang terdiri dari 2 jenis yaitu :
1.      Jaringan tulang primer
Jaringan tulang primer adalah jaringan tulang yang pertama kali terbentuk selama perkembangan yang lain. Tulang ini bersifat sementara dan pada orang dewasa diganti oleh jaringan tulang sekunder kecuali pada beberapa tempat ditubuh. Misalnya dekat sutura, tulang-tulang pipih tengkorak, pada saku gigi dan pada inseri beberapa tendon.
Selain terdapat serat-serat kolasen yang tidak teratur, ciri lain dari jaringan tulang primer adalah kandunagn mineralnya yang lebih kecil (lebih mudah dilalui tulang X dan proporsi tulang osteositnya yang lebih besar daripada jaringan tulang sekunder).
Gambar 1.3
2.      Jaringan tulang sekunder
Jaringan tulang sekunder adalah variasi yang pada umumnya dijumpai pada orang dewasa. Secara khas tampak pada orang yang sudah mengalami pengerasan tulang dan serat-serat kolagen tersusun dalam lamel (tebalnya 3-7 miumeter). Yang pararel satu sama lain atau tersusun secara konsentris mengelilingi pembuluh darah, saraf.
Dan jaringan saraf longgar disebut juga havers atau osteon. Lakuna yang berisi osteosit terdapat diantara dan kadang-kadang didalam lamel. Pada setiap lamel, serat-serat kalogen itu berjajar pararel satu sama lain mengelilingi setiap sistem. Havers terdapat endapan materi amorf yang disebut substansi semen. Yang terdiri atas matriks yang berminel dengan sedikit serat kalogen.
Satu sistem havers merupakan silinder panjang, yaitu sebuah saluran pusat yang sering kali bercabang dan pararel serta sering kali terdapat sumbu panjang atau diafnisis dan terdiri atas sebuah saluran yang dikelilingi (4-20) lamel konsentris. Setiap saluran berlapiskan endosteum mengandung pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat longgar. Saluran havers berhubungan dengan rongga sumsum, periosteum dan saling berhubungan melalui saluran volkmann yang berjalan melintang atau serong.
Volkmann tidak memiliki lamel-lamel konsentrasi. Saluran ini malahan menerobos lamel-lamel. Semua saluran yang terdapat pada jaringan tulang sekunder terbentuk sewaktu matriks diletakkan disekitar pembuluh darah yang sudah ada.
Garis tengah pada saluran hevers sangat bervariasi. Setiap sistem dibentuk lamel-lamel secara berurutan, dimulai dari bagian tepi, sehingga sistem yang lebih mudah memiliki sistem yang lebih besar. Jadi pada sistem havers dewasa,lamel yang paling akhir dibentuk terdapat paling dekat dengan saluran pusat itu.Selama pertumbuhan dan bahkan pada tulang dewasa terdapat perombakan dan pembaharuan sistem havers secara terus-menerus.Sehingga barang kali tampak sistem dengan hanya hanya sedikit lamel dan saluran pusat yang besar.Di antara kedua sistem sirkumfers terdapat banyak sistem havers, stuktur ini merupakan lamel-lamel sisa sistem havers yang dirombak selama pertumbuhan tulang.
1.4  Jenis Jaringan Tulang Rawan
Tulang yang berwarna putih sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat kolagen dan chondrosit. Tulang rawan hialin dapat kita temukan pada laring, trakea, bronkus, ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping hidung dan rangka janin.
Pada orang dewasa tulang rawan jumlahnya sangat sedikit dibandingkan dengan anak-anak. Pada orang dewasa tulang rawan hanya ditemukan beberapa tempat, yaitu cuping hidung, cuping telinga, antar tulang rusuk (costal cartilage) dan tulang dada, sendi-sendi tulang, antarruas tulang belakang dan pada cakra epifisis.
Sebagai akibat adanya kebutuhan fungsional yang berbeda, maka terdapat 3 jenis bentuk yaitu :
1.      Tulang rawan hialin (Cartilago Hyalin)
Bentuk yang paling banyak dijumpai. Memiliki matriks dengan kolagen tipe II sebagai unsur kolagen utamanya dalam keadaan segera bersifat lentur (fleksible), seni transparan, berwarna putih kebiruan.
Dipermukaan terdapat (perikhondrium) jaringan ikat padat tak teratur berperan dalam pembentukan tulang rawan hialin.
Didalam tulang rawan hialin jarang terdapat pembuluh darah.
hyaline_cart.jpg 
                                    Gambar 1.4                                                 Gambar 1.5
2.      Tulang rawan elastis (Cartilago Elastica)
Dalam keadaan segar beraspek kuning karena adanya serabut elastis dalam matriks mempunyai bangun histilosik yang mampu dengan tulang rawan hialin yang berbeda-beda dalam macam serabutnya.
Tulang rawan elastik terdapat pada :
a.       Daun telinga
b.      Tuba eustachi
c.       Epislottis
d.      Membran niktitans
e.       Cartilago antenoiden pada larings
Tulang rawan elastis, tulang yang mengandung serabut-serabut elastis. Tulang rawan elastis dapat kita temukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga) dan laring.
bone14.gif   
                                                Gambar 1.6                                         Gambar 1.7
3.      Tulang Rawan Fibreus (Cartilago Fibrosa)
Jenis tulang rawan ini menjumpai serabut kalogen yang pekat dengan khondrosit tersusun dalam deratan kapsula diantara pekatnya serabut kolagen.
Tulang rawan fibrosa ini dijumpai pada :
a.       Miniskus
b.      Kartilago asesonius dari patela
c.       Sinfisis pubis
d.      Diskus Intrevertebralis
e.       Tempat pertautan tendon atau ligamen pada tulang dekat permukaan persendian yang terdiri dari tulang rawan hialin.
Misal pada ligamen teres fenosis.
Tulang rawan fibrosa; tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat kolagen sehingga tulang rawan fibrosa sangat kuat dan lebih kaku. Tulang ini dapat kita temukan pada discus diantara tulang vertebrae dan pada simfisis pubis diantara 2 tulang pubis.
fic22he.jpg   
                  Gambar 1.8                                                           Gambar 1.9
1.5  Fungsi Tulang Rawan
1.      Menunjang jaringan lemak
2.      Menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi
3.      Karena posisi dari tulang rawan yang kenyal atau terdapat didaerah yang peredam dan gesekan permukaan bagi sendi sehingga dapat memudahkan gerak tulang.
4.      Sangat penting untuk perkembangan den pertumbuhan tulang-tulang panjang sebelum dan sesudah leher.
2.  KOMPONEN PENYUSUN JARINGAN TULANG DAN TULANG RAWAN
2.1 Komponen jaringan tulang :
1. Sel
Sel-sel yang terdapat pada tulang adalah :
a.       Osteoblas
Yaitu berupa sel-sel tulang yang masih muda, verasal dari mesenkhim (stadium embrio ) atau fibroblas ( dewasa ). Memiliki fungsi mensintesis komponen organik dari matriks tulang ( kalogen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein ). Penambahan protein pada tulang bergantung dari adanya osteoblas yang hidup.
b.      Osteosit
Adalah sel-sel tulang dewasa yang berasal dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada diantara lamel-lamel. Didalam satu lakauna hanya terdapat satu osteosit. Osteosit memiliki lebih sedikit retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi dan kromatin inti yang lebih padat dibanding dengan osteoblas. Sel-sel ini secara aktif terlibat dalam mempertahankan matriks tulang. Matinya osteosit ini akan diikuti dengan resorpsi dari matriks ini.
c.       Osteoklas
Adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar.  Bagian badan sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 atau lebih inti. Cabang selnya tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Pada daerah terjadinya resorpsi tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam lekukan, yang terbentuk secara enzimatik, dalam matriks yang disebut lakuna howship.
2. Serabut
Pada tulang terdapat serabut kolagen yang agak pekat. Serabut kolagen menyusun dari dalam lamel-lamel. Lamel adalah matriks yang mengalami perkapauran yang  terjadi secara bertahap. Tiap lamel tebalnya antara 2-7 mikron.
Susunan serabut kalogen mengulir terhadap sumbu tulang, dan pada lamel satuberbeda arahnya dengan lamel yang lain, sehingga pada pengamatan dengan mikroskop polarisasi tampak adanya bagian gelap dan daerah yang mengitari saluran haver, lamel-lamel pada substansi kompakta terdiri dari :
a.       Lemel umum
Lamel yang langsung terdapat dibawah periost disebut “lamel umum luar” sedangkan yang terdapat dibawah eeendosit adalah “lamel umum dalam”. Jumlah lamel ini bervariasi cukup besar.
b.      Lamel khusus
Lamel yang terdapat pada osteon atau sistem haver. Lamel khusus dapat mengitari saluran haver berlapis-lapis antara 4-12.
c.       Lamel interstisiel
Adalah sisa-sisa lamel khusus dari osteon yang telah dirombak. Oleh karena itu terdapat diantara osteon dan berfungsi sebagai pengisi.
Osteon atau sistem haver adalah tulang yang terdiri dari :
-          Saluran haver berisi pembuluh darah limfe dan syaraf.
-          Limfe khusus kira-kira sekitar 4-12 buah.
-          Lakuna dan kanalikuli yang berisi osteosit
Osteon terdapat pada substansi kompakta, tersusun kira-kira sejajar dengan sumbu tulang. Susunan ini diibaratkan sebagai pilar-pilar yang diduga memberikan kekuatan pada tulang.
3. Matriks atau bahan dasar ( ground substance )
Berupa jel yang mengandung 2 bahan pokok yakni bahan organik dan anorganik.
Pada tulang dewas perbandingan adalah
-          Bahan organik 35%
-          Bahan anorganik 65%
Bahan organik terdiri dari :
-          Oseomukoid suatu protein mukopolisakarida yang mengandung khondroitin sulfat.
-          Protein khusus sebab lebih tahan dalam air.
Bahan anorganik :
-          Kalsium fosfat 85%
-          Kalsium karbonat 10%
-          Kalsium fluorida dan magnesium fluorida 5%.
 
                                 Gambar 2.1                                                         Gambar 2.2
            Komponen Jaringan Tulang Rawan :
Tulang rawan terdiri atas sel-sel, yang disebut kondrosit (Yun. Chondros = tulang rawan, Kytos = sel) dan Matriks Ekstrasel  luas, yang terdiri atas serat dan substansi dasar. Kondrosit menyintesis dan menyekresi matriks ekstrasel, dan sel-selnya sendiri terdapat di dalam rongga-rongga matriks, yang disebut lacuna Kolagen, asam hialuronat, proteoglikan, dan sejumlah kecil glikoprotein adalah makromolekul utama yang terdapat di semua jenis matriks tulang rawan.
Hampir 40% berat kering tulang rawan terdiri dari kolagen, yang terbenam dalam gel berhidrasi yang solid dari proteoglikan dan glikoprotein struktural. Pada sediaan histologi rutin, kolagen tidak dapat dilihat karena :
        Kolagen terdapat berupa fibril yang memiliki dimensi submikroskopik
        Indeks refraksi serabut hampir sama dengan indeks refraksi substansi dasar tempat serabut ini terbenam
Berikut adalah sedikit informasi mengenai histogenesis pada tulang rawan.
Tulang rawan à mesenkim
Tahap-tahap modifikasi :
1.      Membulatnya sel-sel mesenkim,
2.      Memendekkan cabang-cabang dan membelah dengan cepat,
3.      Membentuk kondensasi mesenkim dari kondroblas,
4.      Sel-sel yang terbentuk melalui diferensiasi langsung mesenkim,
5.      Semakin sentral semakin membentuk kondrosit,
6.      Mesenkim superficial.
7.      Perikondrium.
Sel- sel tulang rawan dapat berubah menjadi tumor jinka (kondroma) atau ganas (kondrosarkoma)

3.      STRUKTUR HISTOLOGI TULANG DAN TULANG RAWAN
            Struktur Histologi Tulang
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.
B.     Periosteum
   Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.
Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :
1. Pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
2. Terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
3. Terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.
B.  Endosteum
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.
            Komponen Jaringan Tulang
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :
A.    Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.
B.     Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction.
Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan. Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.
C.  Osteoklas
Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic.
Pada proses persiapan dekalsifikasi :
1. Osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar.
2. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.
D.  Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.
E.  Matriks Tulang
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral. Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen. Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan beberapa protein. Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen.
Bahan mineral lain: ion sitrat,
                                 karbonat,
                                 magnesium,
                                 natrium, dan
                                 potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.
3.3 Struktur Histologi Tulang Rawan
Sel kartilago terdiri dari kondrosit dan kondroblasl. Serat dan substansi dasar membentuk substansi interselular atau matriks. Matriks merupakan suatu wujud kaku bahkan keras, yang substansi dasarnya terdiri atas proteoglikans yang mengandung kondroitin sulfat untuk kartilago. Kartilago dicirikan oleh suatu matriks ekstraseluler yang kaya akan glikosaminoglikan dan proteoglikan. Merupakan jaringan ikat khusus dimana matriks ekstraselnya berkonsistensi padat, sehingga kartilago ini memiliki daya kenyal yang memungkinkan jaringan ini menahan stres mekanik tanpa mengalami distorsi. Fungsi kartilago yang lain ialah menunjang jaringan lunak. Karena permukaannya licin dan berdaya kenyal, maka kartilago merupakan daerah peredam guncangan dan permukaan gesekan bagi sendi. Kolagen,asam hialuronat, proteoglikan dan sejumlah kecil glikoprotein tertentu merupakan makromolekul utama dalam semua jenis matriks kartilago. Kartilago tidak mempunyai pembuluh darah dan mendapatkan makanannya melalui difusi dari kapiler dalam jaringan ikat yang berdekatan (perikondrium) atau melalui cairan sinovial. Pada keadaan tertentu, pembuluh darah menerobos kartilago untuk mengangkut makanan bagi jaringan lain, namun pembuluh ini tidak memasok makanan bagi kartilago.
Kartilago terdiri atas :
1. kondroblas.
2. kondrosit.
3. substansi interseluler.
4. perikondrium.
Kondroblas : fibroblas, keduanya adalah ‘sel bakal’ yang berbentuk oval terletak di pinggir dari kartilago. Kondroblas adalah bakal sel kartilago. Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah ) berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok disebut sel isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke dalam daripada letak chondroblast. Substansi interseluler terdiri dari komponen fibriler dan substansi dasar, matriks amorf “gel”. Perikondrium merupakan jaringan pengikat yang membungkus kartilago, terdiri dari sel fibrosit yang gepeng dan diantaranya terdapat serat kolagen.
Histogenesis Kartilago Hyaline :
1. Mesenkim, jaringan precursor semua jenis tulang rawan.
2. Proliferasi mitosis dari sel-sel mesenkim menghasilkan jaringan yang sangat aseluler.
3. Khondroblast saling berjauhan oleh pembentukan banyak matriks.
4. Multiplikasi sel-sel kartilago mengasilkan kelompok isogen, masing-masing dikelilingi oleh pemadatan matriks territorial ( kapsula ).
Kartilago terbentuk sel mesenkim. Modifikasi pertama yang tampak ialah membulatnya sel-sel mesenkim, yang menarik kembali juluran-julurannya, membelah dengan cepat, dan mengelompok. Sel-sel yang dibentuk melalui diferensiasi langsung dari sel mesenkim ini disebut Kondroblas. Sintesis dan pelepasan matriks mulai memisahkan kondroblas satu terhadap lainnya. Kejadian diferensiasi kartilago berlangsung dari pusat ke luar, karena nya sel-sel yang lebih di pusat memiliki ciri kondrosit sedangkan sel-sel perifer memiliki ciri kondroblas. Mesenkim superficial bekembang menjadi kondroblas dan fibroblas dari perikondrium.
4.      JARINGAN TULANG DAN TULANG RAWAN DALAM ORGAN
            Hidung
Tulang-tulang hidung dua persegi panjang kecil tulang , bervariasi dalam ukuran dan bentuk setiap orang memiliki ukuran yang berbeda, ditempatkan berdampingan pada bagian tengah dan atas dari wajah , dan bentuk, dengan persimpangan mereka, seperti sebuah jembatan dari hidung . Lateral kartilago (tulang rawan lateral atas) terletak di bawah margin inferior tulang hidung , dan diratakan, dan di bentuk segitiga.
Margin anterior adalah lebih tebal dari posterior, dan terus menerus di atas dengan tulang rawan dari septum , tetapi dipisahkan oleh celah sempit. Margin unggul masih menempel pada tulang hidung dan proses frontal dari rahang; margin yang lebih rendah dihubungkan oleh jaringan fibrosa dengan Alar tulang rawan yang lebih besar .
Apabila tulang rawan tulang rawan lateral memenuhi Alar yang lebih besar, tulang rawan lateral akan membengkok, bergabung dengan tulang rawan yang lebih besar. Bagian inferior tulang rawan lateral disebut "gulir nya".
Gambar 4.1
            Telinga
A.    Tulang rawan daun telinga
Tulang rawan pada daun telinga merupakan salah satu dari tulang rawan elastik.
Gambar 4.2
B.     Tulang Martil
Tulang martil atau malleus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti martil yang menyusun tulang pendengaran pada telinga tengah. Tulang ini terlekat pada bagian permukaan dalam gendang telinga dan ujung lainnya pda tulang landasan dengan jaringan ikat elastis. Kata malleus dari bahasa Latin yang berarti martil.
Tulang ini berfungsi menghantarkan getaran suara dari gendang telinga ke tulang landasan.
Gambar 4.3
C.     Tulang Landasan
Tulang landasan atau incus adalah tulang kecil yang berbentuk seperti landasan. Tulang ini merupakan salah satu tulang pendengaran dan menghubungkan tulang martil dan tulang sanggurdi. Tulang ini pertama kali dipaparkan oleh Alessandro Achillin dari Bologna. Tulang landasan hanya terdapat di hewan mamalia tersusun atas jaringan ikat elastis.
Gambar 4.4
D.    Tulang Sanggurdi
Tulang sanggurdi atau stapes merupakan tulang kecil yang menyerupai sanggurdi kuda. Tulang ini merupakan tulang pendengaran terakhir pada teling dalam. Tulang sanggurdi adalah tulang terkecil dan teringan pada tubuh manusia.
Tulang sanggurdi menerima getaran suara dari tulang landasan dan diantar ke membran di telinga dalam melalui tingkap oval.
Pada hewan vertebrata yang bukan mamalia, tualng yang menyerupai tulang sanggurdi dinamakan columella; walaupun, pada reptil digunakan keduanya.
Gambar 4.5


            Trakea
Trakea atau saluran pernafasan yang menghubungkan antara laring dan bronki. Organ ini sangat berbeda dengan organ-organ yang lain yang berada di leher karena trakea sangat fleksibel. Trakea dapat merenggang hingga sepanjang empat atau lima inchi dan satu inchi luas diameter. Trakea dilapisi dengan lendir yang disebut eskalator mukosiliar, yang merupakan lendir dan silia dan membawa zat-zat asing sampai ditelan. Trakea terdiri dari antara 16 dan 20 cincin tulang rawan dalam bentuk "C". Karena trakea sangat fleksibel, bagian terbuka dari bentuk C ditutupi dengan otot Trachealis, yang dapat meregang sendiri untuk mencegah robek trakea ketika menelan hal-hal besar. Bila Anda batuk, otot juga kontrak untuk memaksa udara keluar dengan kecepatan yang lebih cepat untuk mengusir makanan atau benda asing lainnya terjebak.
            Bronkus
Pada beberapa tingkatan awal saluran pernafasan manusia dibangun oleh beberapa ring tulang rawan. Kedua cabang saluran pernafasan juga didukung oleh tulang rawan yang cukup tidak biasa. Dengan bentuk piringan. Tetapi, tingkatan bagian bawah dari saluan pernafasan sama sekali tidak didukung oleh jenis jaringan apapun.
 
                        Gambar 4.6                                                         Gambar 4.7